Jumat, 01 Maret 2013

Tatkala Dunia Dibandingkan dengan Akhirat



قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا كَماَ يَمْشِي أَحَدُكُمْ إِلَى الْيَمِّ فَأَدْخَلَ أُصْبُعَهُ فِيْهِ فَماَ خَرَجَ مِنْهُ فَهُوَ فِي الدُّنْيَا –الحاكم
Artinya: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,”Tidaklah dunia bagi akhirat kecuali seperti salah satu dari kalian berjalan menuju samudera lalu ia memasukkan jarinya padanya, maka apa yang menetes darinya adalah untuk dunia.” (Riwayat Al Hakim dan beliau menshahihkannya)
Nah loh... sekarang apa yang mau kita banggakan dari apa yang kita punya sekarang. Bapakmu pejabat negara?? Orang bapakmu sendiri aja ntar juga kebingungan nyelametin dirinya sendiri. Ibumu wanita karier kaya yang antingnya sejangkar dan kalungnya serantai kapal?? Emang di akhirat ada orang jualan ya... sehingga duit dan harta masih laku?? Atau kamu merasa sudah menjalankan semua rukun Islam, jadi bebas jilatan api neraka?? Tidak ada kepastian untuk masuk surga bagi kita. Semua di dunia akan ada pertanggungjawaban di akhirat nanti. Orang tua, kakek, nenek, adik, kakak, siapapun akan sibuk mempertanggungjawabkan dirinya sendiri. Tidak ada yang dapat membantu kecuali ampunan Allah SWT. dan syafaat Rosululloh.

Bayangkan jika kita sedang melaksanakan sebuah ujian tertulis. Dengan sangat percaya diri mencontek jawaban teman atau buku catatan. Pada saat-saat seperti itu tiba-tiba malaikat Izroil mendapatkan surat tugas untuk manjemput kita. Jegeeeerrrrr... tinggallah jasad kita di dunia. Su'ul khotimah adalah vonis dari hukum Allah. Lalu mau ngomong apa kita nanti jika telah tiba masa pertanggungjawaban. Padahal masa di akhirat jauh lebih segalanya dari segala yang ada di dunia. Dari mulai jauh lebih lama, jauh lebih nikmat jika di surga, jauh lebih sengsara jika tersiksa di neraka, dsb. Kita tidak pernah tahu apakah 1 menit lagi kita masih bisa bersama-sama orang yang kita kasihi atau tidak, saat kita pulang dari sebuah perantauan kita masih bisa melihat wajah bapak ibu kita atau tidak, atau bertemu dengan anak-anak kita yang dengan kegirangan menyambut orang tua yang tengah dirindunya, sekali lagi tidak ada kepastian. Yang pasti adalah barang siapa yang berperilaku sesuai Al Qur'an dan Hadits adalah ahluljannah (ahli surga) .

Sebagai makhluk, manusia mengalami tiga fase kehidupan, kehidupan dunia dan kehidupan akhirat serta kehidupan di antara keduanya. Maka jika dibandingkan lama kehidupan dunia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dua kehidupan setelahnya yang bersifat kekal. 

Imam Al Munawi menjelaskan bahwa permisalan di atas adalah permisalan antara yang ghaib (akhirat) dengan yang hadir yakni lautan dan air yang menetas dari jari bertujuan untuk memudahkan pemahaman dalam menggambarkan keremehan dunia meski pada hakikatnya keremehan dunia terhadap akhirat jauh lebih rendah. (Lihat, Faidh Al Qadir, 5/517)

Ketika manusia akhirnya memahami dengan benar nilai dunia dibanding akhirat maka hal itu bisa mengingatkan dari keterlenaannya dari dunia dan sekaligus memotivasinya untuk meningkatkan amalan sebagai bekal kelak di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar